:D

berdasarkan penetapan kehidupan setelah bertahun-tahun diperoleh hasil analisa bahwa segala yang diberikan Tuhan adalah yang terbaik; besar atau kecil masalah adalah tergantung pandangan dan cara menyelesaikannya; berbicara ada diantara hak dan kewajiban; aku harus menjadi motivator terbaik bagi diriku; diriku adalah pembatas tentang apa yang aku pikirkan,rasakan, dan lakukan; to be continue . . .

tanda

serpihan (3) cinta (2) keluarga (2) organisasi (1)

Jumat, 10 Februari 2012

keluarga manisku


Kawan, menurut kalian..
Apa arti dari kata “keluarga”?
Apa makna dari adanya “keluarga” dihidup kita?
Masih ingat kah kita pada “keluarga”?
Papa, Mama, ade, kakak bagaimana kabar mereka? Apa mereka sehat?
Apa mereka sedang bahagia? Atau sedang sedih dan mencari tempat lain untuk meluapkan kesedihan?
Apa kita mengetahui makanan dan minuman kesukaan Papa?
Apa kita mengetahui warna kesukaan mama?
Apa kita mengetahui permainan kesukaan ade/kakak?



Keluarga. Bagian yang terdekat dari diri kita (terlebih jiwa). Namun banyak yang sering meremehkan keberadaannya. Kita lebih merasa senang saat kita bisa berbagi cerita* dengan teman, daripada ke mama kita. Atau kita lebih senang mengadu* ke pacar (kalau yang punya), daripada ke papa kita. Dan mungkin juga, kita lebih senang bermain dengan teman sekolah/kampus, daripada ade/kakak kita. Padahal papa, mama, dan ade/kakak akan menerima dengan tangan terbuka-senyum lebar-saat kita melakukannya (bercerita, mengadu, bermain), namun kembali ke diri kita, bagaimana-kapan-dimana kita melakukannya.

*berbagi cerita dan mengadu di sini bukan seperti:
“ma, aku butuh (bla bla bla) untuk ke (sini), aku butuh -etc-” atau “pa, hp aku udah harus diganti, dan (bla bla bla)”
Bukan itu!!!

Ada juga yang berpendapat bahwa kita malah akan menambah beban mama saat kita bercerita, dan akan menambah masalah papa saat kita mengadu. Tapi apa kalian (yang berpendapat demikian) merasakan suatu ikatan yang dalam dengan keluarga.
Aku berpendapat saat kita bercerita ke mama dan mengadu ke papa, mereka akan merasa bahwa mereka memang sosok orang tua yang dibutuhkan, mereka akan merasa bahwa mereka penting dalam hidup kita, mereka merasa hanya pada mereka kita bisa menangis (seperti saat kita bayi). Dan itu yang sedang ku coba....

*****MAMA*****
Aku mengawali berbagi cerita dengan mama mengenai ‘dia’ (seseorang yang istimewa). Waktu itu, aku mulai dengan hal “kecil”, yaitu bertanya tentang kasih sayang mama dan papa, bertanya bagaimana pernikahan mereka, bagaimana-dimana aku lahir, dan bla bla bla.. *iniadalahmodus
Saat aku sudah melihat senyum di pipinya dan mendengar tawa yang cukup besar, aku baru mulai mengarah ke sasaran. Yups bercerita tentang ‘dia’. Bla bla bla, selesai cerita. Sampai saat ini aku lebih terbuka dengan mama, sampai sesuatu yang simpel (yang sebenarnya bisa aku simpan sendiri dalam hatiku). Dan percaya atau tidak, mama kadang bertanya “mana pacar kamu mba? Tuh pacarnya si ... (teman sebelah rumah) lagi maen”. Awalnya memang terasa SANGAT NGILU sindiran itu, tapi sekarang terbiasa dengan jawaban “makanya mama doain supaya ‘dia’ suka aku juga dong, heheheee”.

*****PAPA*****
Aku masih menjadi gadis manis yang pendiam di depan papa, kecuali kalau ade memulai suatu guyonan dan aku ikut-ikutan. Entah kenapa terasa kaku. Aku merasa ingin selalu menjadi anak gadisnya yang selalu dibanggakan. *inimemanglebay

*****ADE*****
Aku tidah punya kakak, tetapi aku mempunyai ade yang kadang bisa menggantikan posisi kakak (melindungi saudara perempuannya). Enam tahun jarak yang memisahkan usia kami. Keributan sering terjadi antara kami. Tetapi semakin kedepan aku lebih memposisikan diriku sebagai kakak yang sebenar-benarnya (mengayomi, membela, me.... pokoknya tugas kakak). Alhamdulillah hubungan membaik, semoga kami semakin dewasa :D

Tuhan, terima kasih Engkau masih memberikan keutuhan pada keluargaku. Engkau masih menyadarkan aku dengan ‘tamparan’Mu. Engkau masih memberikanku air mata untuk menemani penyesalan atas kelakuanku yang tidak baik pada anggota keluargaku. Engkau masih memberi kesempatan padaku untuk berusaha menjadi pelita dalam keluarga kecilku ini.
Papa, Mama, Ade, aku sayang kalian . . .


Terima kasih untuk seorang kakak yang aku temui di bis (kp. Rambutan-depok timur) saat aku pulang pengambilan nomor UKO (ini juga keluargaku di kampus). Dia, entah aktivis atau jurnalis, yang jelas saat aku menatap wajahnya, mendengar suaranya, mencerna kata yang digunakannya, dia orang yang berpengaruh bagi orang banyak. Dia mengingatkan kepadaku bahwa sebelum aku menjadi pelita di kampus (organisator), aku seharusnya menjadi pelita bagi keluargaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar